Minggu, 13 November 2022

WOW!!! TERYATA BEGINI LATAR BELAKANG DARI KEMAH SUCI, MARI KITA MENGENAL LATAR BELAKANG DARI KEMAH SUCI / "TABERNAKEL"


LATAR BELAKANG KEMAH SUCI / TABERNAKEL


LATAR BELAKANG

Lebih khusus lagi dalam kita memperlajari tentang TABERNAKEL yang merupakan salah satu Perintah Tuhan yang berwujud didalam Perjanjian lama. Tabernakel dalam Kitab keluaran memang dibuat oleh Musa berdasarkan perintah dari Tuhan, Dalam Keluaran 25 : 8-9 Ketika Allah berkata, “Buatlah bagi-Ku tempat kudus supaya aku tinggal di antara bangsa Israel”, apa maknanya? Allah tidak ingin bangsa Israel melihat Dia sebagai Allah Mahabesar yang menakutkan – mengejutkan – sehingga bangsa Israel tidak berani mendekat. Kerinduan Allah yaitu ingin dekat dengan umat-Nya. Jika kita mempelajari Tabernakel, maka kita harus sampai pada pengertian bahwa begitu dekat Allah dengan umat-Nya. Allah selalu rindu untuk dekat dengan umatNya.

Sejak sebelum Allah mengusir Adam dan Hawa dari Taman Eden, Allah selalu dekat dengan manusia. Tahap demi tahap kita melihat kebesaran Allah sampai munculnya perintah untuk membuat Tabernakel, kebesaran Allah yang imanen di tengah bangsa Israel. Itulah hati Allah Tri Tunggal, walaupun manusia telah jauh, buktinya Allah sangat menyayangi umatNya.

Sangat berlebihan jika saya simpulkan bahwa Pengajaran Tabernakel adalah doktrin Alkitabiah seluruhnya berdasarkan pola Kerajaan Surga (Ibr. 8:5), yakni Pola Keselamatan dari Allah. Melalui Pola yang Alkitabiah ini yang kemudian disebut Pengajaran Tabernakel, manusia secara tepat dan pasti dibimbing untuk menemukan dan menerima keselamatan kekal dari Allah melalui satu-satunya jalan yaitu Tuhan Yesus Kristus

Roma 15 : 4, sebab segala sesuatu yang ditulis terlebih dahulu, trelah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan dengan latihan dan penghiburan Kitab suci. 

I.1.2 Keuntungan hidup di masa kini

“Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikian firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir.” (Ibrani 8:7-9a)

Untuk memahami perbedaan antara sesuatu yang asli dan pemandangannya, kita dapat membandingkan sebuah foto seekor ikan paus dengan ikan paus yang sebenarnya. Kita akan melihat sesuatu yang sangat menyolok, baik dari besarnya maupun beratnya. Selembar kertas foto tidak akan pernah sama dengan ikan paus yang besarnya hampir sama dengan sebuah perahu dan beratnya kurang dari 40 ton. Gambar dua dimensi tidak akan mampu untuk memberi gambaran yang utuh tentang seekor ikan paus raksasa.

Kitab Ibrani menggunakan kata “gambaran dan bayangan” (Ibrani 8:5), yang dapat diartikan “salinan” untuk menjelaskan ritual dan hal-hal yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu mengenai: Tabernakel (kemah pertemuan), Paskah, upacara korban dan tugas -tugas keimanan. Surat kepada Jemaat Korintus mengingatkan akan contoh yang diberikan Tuhan melalui kehidupan bangsa Israel di padang gurun [1 Korintus 10:1-11], sehingga kita yang hidup di zaman akhir ini tidak sampai jatuh dalam penyembahan berhala.

Tidak ada upacara keagamaan yang seberapa besarpun, yang dapat diekspresikan dengan lengkap pengalaman dengan Allah, seperti sebuah foto seekor ikan paus dan untuk sebuah gunung tidak akan pernah mampu mengekspresikan benda-benda yang sebenarnya tersebut dengan lengkap.

Menurut kitab Ibrani, upacara Perjanjian keagamaan Lama adalah suatu gambaran, sedangkan Kristus adalah yang penggenapannya. Penulis kitab Ibrani menarik suatu pelajaran dari tradisi Yahudi, yang terbentuk oleh ketaatan terhadap perintah Allah selama bertahun-tahun, meliputi upacara korban, hukum-hukum, tabernakel, imamat, hari pendamaian, dan sebagainya – dan menjelaskan bagaimana Kristus membukakan sekali dan lengkap, makna dari seluruh gambar bayang yang terselubung tersebut. Allah telah menggenapi semua yang telah menjanjikanNya dalam Perjanjian Lama, dengan menunjukkan suatu penggenapan yang sempurna, sehingga kita yang mendapat kemurahan tahu, bagaimana semua itu digenapi dengan lengkap dan sempurna, yaitu dalam Tuhan Yesus Kristus.

I.1.3. Manakah yang lebih baik?

Kitab Ibrani tekanan keuntungan-keuntungan dari hidup di masa kini, dari pada hidup dalam zaman Perjanjian Lama (“Perjanjian yang pertama”). Karena pengorbanan Kristus, maka korban binatang itu tidak diperlukan lagi [Ibrani 10:10-12], dan hukum Allah sekarang dituliskan dalam akal-budi (pikiran) kita dan dalam hati kita, bukan dalam bentuk suatu hukum yang tertulis [Ibrani 8:10 ]. Tuhan Yesus berseru dari atas kayu salib, “Sudah genap (selesai).” [Yohanes 19:30], makna dari kata kata Tuhan Yesus inilah yang dijelaskan oleh penulis kitab Ibrani, bahwa dalam Yesuslah, segala sesuatu yang menjanjikan Allah telah digenapi, atau diselesaikan

Meskipun kehidupan dan pola ibadah bangsa Israel berfungsi sebagai contoh atau gambar bayangan bagi kita, namun tetap saja kehidupan Israel dan Perjanjian Lama memiliki makna yang besar bagi kita yang tidak pernah mengalami sendiri bagaimana kehidupan seperti yang dialami oleh bangsa Israel saat itu. Tetapi, sekarang timbul pertanyaan: “Siapa yang akan lebih menyukai bayangan daripada aslinya?”.

I.2. Perjalanan Bangsa Israel

Demikian besar bagian-bagian Alkitab yang membahas kehidupan bangsa Israel. Tentu Tuhan tidak bermaksud hanya menyajikan catatan sejarah suatu bangsa di bumi. Bila kita mengimani bahwa Alkitab dituliskan untuk menyampaikan rencana kekal-Nya, kita harus belajar dengan sudut pandang yang benar, sehingga kita mengetahui apa maksud Allah yang sebenarnya.

Maksud perjalanan yang membawa umat Israel dari Mesir ke tujuan akhir mereka, Gunung Sion, adalah sebagai contoh dan peringatan bagi kita yang hidup di zaman akhir ini [1 Korintus 10:1-11]. Oleh karena itu, kita dapat dengan yakin menyatakan bahwa perjalanan bersejarah yang berlangsung kurang lebih 480 tahun sebelum pembangunan Bait Salomo, adalah sebuah gambaran bayangan yang menggambarkan perjalanan rohani gereja Tuhan baik secara individu maupun Jemaat secara utuh (tubuh Kristus), sejak dari perobatannya sampai ia mencapai “kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Efesus 4:11-16]

Sebelum seseorang sampai di Gunung Sion rohani, pertama-tama ia harus melewati pengalaman Paskah (menerima korban Kristus), kemudian penampakani Laut Teberau (babtisan air). Dia terus maju sampai ke Gunung Sinai, yang menyelesaikan babtisan Roh Kudus. Setelah itu, ia perlu dan harus melangkah maju melewati padang gurun yang luas dan tidak mengenakkan bagi daging, lembahi sungai Yordan (mengalami sunat hati), kemudian memasui tanah perjanjian (Kanaan). Dari sini, ia harus mengalahkan musuh-musuh di dalam dan di luar tanah Kanaan (masuk ke dalam ruang Suci), yang menggambarkan perjalanan hidup memikul salib setiap hari, mematikan kedagingan dengan membantu Roh Kudus [Roma 8:12-17]. Pada akhirnya, ia akan mendaki Gunung Sion rohani, yang disamakan masuk ke dalam perhentian Allah yang sejati (masuk ke dalam ruang Maha Kudus). Tentang Sion, Allah berfirman, “Inilah tempat perhentian-Ku selamat-lamanya, di sini Aku hendak diam.” (Mazmur 132:13-14, Mazmur 74:2).

Adalah baik bagi kita untuk tidak hanya menghargai dan memandang perjalanan umat Israel dari sudut pandang saja, tetapi juga dari sudut pandang kekekalan. Dengan memahami perjalanan Israel secara rohani, kita akan mendapatkan pola kehidupan Kristiani di zaman akhir ini dengan benar. Selanjutnya pimpinan Roh Kudus akan memandu kita berjalan seturut penggenapan pola tersebut.

Bahwa Kemah Suci dibangun demi tujuan Allah, berarti Kemah Suci mempunyai nilai perlambangan bagi zamannya. Singkatan jauh lambang-lambangnya itu merupakan juga lambang-lambang rohani yg ditujukan kepada kita, itu masih dipersoalkan. Tafsiran-tafsiran berlebih-lebihan, yg sejak abad-abad perdana diberikan mengenai pokok ini, memberikannya citra yg buruk. Tapi PB secara khas mengatakan bahwa Kemah Suci adalah 'gambaran dan bayangan dari apa yg ada di sorga', 'kiasan', 'merupakan gambaran dari yg sebenarnya' (Ibr 8:5; 9:9, 24). Perabot-perabot khusus dan peralatannya dikutip dalam PB, dan jelas mempunyai arti rohani, ump tabir dan tempat yg mahakudus (Ibr 6:19; 10:19, 20), mezbah Pembakaran ukupan dan tabut kesepakatan (Mengapa 8:3; 11:19 ), dan mungkin hilasterion (Rm 3:25); dan sindiran dalam Ibr 9:5 yaitu,

1.Pengertian Secara Etimologi

Tabernakel dalam bahasa Inggris "tabernakel" berasal dari bahasa Latin tabernakel yang berarti "tenda, pondok, rumah penginapan. Tabernakel dalam bentuk sederhana taberna, yang berarti "rumah penginapan".

Tabernakel dalam bahasa Ibrani adalah Mishkan ( משכן "tempat Tuhan berdiam di tengah umat-Nya"). Tabernakel adalah tempat yang menjadi pusat penyembahan orang Israel sejak mereka keluar dari Mesir sampai mereka menduduki tanah Kanaan.

Tabernakel dalam bahasa Yunani adalah σκηνόω ​​skenoo {skay-no'-o} yang berarti bertempat tinggal, mendiami.

2.-Istilah Tabernakel dalam Perjanjian Lama

sebuah. אֹהֶל “OHEL” ( rumah, kemah, atau tempat tinggal) 

 Ayub 5:24 Dan engkau akan mengetahui bahwa kemahmu akan damai; dan engkau akan mengunjungi tempat tinggalmu, dan tidak akan berbuat dosa (KJV). 


  “MISYKAN” (kemah suci, tempat berdiam) 

Keluaran 25:9 

Sesuai dengan segala yang telah Kutunjukkan kepadamu, menurut contoh Kemah Suci, dan contoh segala perkakasnya, demikianlah juga harus kamu buat. (KJV) 

"SOKH", (pondok) 

 Mazmur 76:3 Di Salem juga ada kemahnya, dan tempat kediamannya di Sion. (KJV) 

  סֻכָּה "SUKÂH", (gubuk, pondok)

 Imamat 23:34,

Berbicaralah kepada orang Israel, dengan mengatakan, Hari kelima belas bulan ketujuh ini akan menjadi hari raya Pondok Daun selama tujuh hari bagi TUHAN (KJV)

e. 'OHEL MÔ'ÊD", (kemah)

        Keluaran 27:21, TB, Di dalam Kemah Pertemuan di luar tabir, yang di depan tabut hukum, Harun dan anak-anaknya harus mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN: itulah ketetapan untuk selama-lamanya bagi generasi mereka di atas nama anak-anak Israel.

3. Istilah Tabernakel dalam Perjanjian Baru

σκηνόω ​​skeno, kemah, diam diantara kita 

 Yohanes 1:14 Dan Firman itu menjadi manusia, dan diam di antara kita, (dan kita melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa,) penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh 1:14 KJV)

skênê tou marturiou, KEMAH KESAKSIAN

KJV, Nenek moyang kita memiliki kemah kesaksian di padang gurun, seperti yang telah dia tetapkan, berbicara kepada Musa, bahwa dia harus membuatnya sesuai dengan gaya yang telah dia lihat.

4. Gambaran Fisik Tabernakel

Tabernakel secara fisik terdiri dari 3 bagian, yaitu: Pelataran (Halaman), Tempat Kudus, dan Ruang Maha Kudus. Luas pelataran tabernakel adalah 100x50 hasta. Pada masing-masing bagian ada alat-alat tabernakel.

 5. Arti TABERNAKEL

 Pusat ibadah bangsa Israel pada zaman Musa sampai pada masa pembangunan bait suci oleh raja Salomo. Tabernakel merupakan pusat kehidupan orang Israel, baik dalam hal keagamaan maupun kepemimpinan dalam keseharian orang Israel (Ulangan 12:5-14). 

Dalam Keluaran 25:8 disebutkan bahwa Tabernakel itu adalah “tempat kudus, tempat Allah berdiam di tengah-tengah umat Israel. Kehadiran Allah di tengah umat-Nya merupakan suatu jaminan kemerdekaan, berkat pemeliharaan, perlindungan, dsb (Im 26:9-13). 

Tabernakel sebagai Pola Keselamatan adalah Gambar Bayang Tuhan Yesus. Yesus Kristus adalah Tabernakel rohani, Dia adalah penggenapan setiap alat dalam Tabernakel. Misalnya Dia adalah Pintu Gerbang Keselamatan ( Yoh 10:7,9,10) 

 Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah Tabernakel atau Bait Suci yang hidup. Setiap orang percaya merupakan bangunan Tabernakel Rohani (1 Korintus 3:16-17). Bangunan rohani yang dibangun dengan Tuhan Yesus sebagai batu penjuru/ iramanya (1 Petrus 2:4-6)

KESIMPULAN

Tabernakel adalah sebuah bukti sekaligus tanda kasih Tuhan kepada umatNya Israel bahwa Tuhan selalu menyertai mereka. Tabernakel ini menyatakan Allah yang hendak bersekutu dengan umatNya (Kel. 25:8) yakni untuk mengampuni dosa-dosa mereka melalui korban-korban (Imamat 4&5), menyatakan kemuliaanNya (Keluaran 40:34-38), Memimpin perjalanan hidup mereka (Bilangan). 9:15-23). Tabernakel juga menggambarkan kehidupan Kristus dan karyaNya yang melalui itu manusia dapat bersekutu dengan Allah (Yoh 14:6; Ibrani 4:14-16; 7:25). With Tabernakel Allah telah memaparkan rencana Allah bagi Gereja (Ef 2:19-22).

Persekutuan Allah dengan manusia terbukti dengan menciptakan Allah manusia sesuai dengan gambarNya (Kej 1:26-27) dengan tujuan agar manusia dapat bersekutu dengan Dia. Adapun usaha-usaha Allah bersekutu dengan manusia dapat dibagi menjadi tiga: Pertama, Pada masa lalu di taman Eden (Kej 3:8), setelah manusia jatuh dalam dosa. Dalam Tabernakel (Kel 25:8, 22), Kaabah Solaiman (1 Raja2 8:11), Kaabah Zerubbabil (Ezra 6:15-16), Kaabah Herodes pada zaman Tuhan Yesus yang kemudian diproses oleh Titus. Kedua: Masa kini yakni dalam Kristus, Allah menjamin hubungan dengan manusia (Yoh. 1:14; 2:19-21; Mat 1:23), Dan melalui Roh Kudus di dalam diri orang-orang percaya (1 Kor 3:16; kol 1:27). Ketiga: Masa yang akan datang, yakni Kaabah Yehezkiel dalam kerajaan 1000 tahun nanti dan Yerusalem baru (2 Kor 5:1: Wahyu 21:

Dan pada akhirnya Tabernakel itu sendiri adalah Yesus Kristus. Karena Tabernakel adalah bayangan jalan keselamatan dan hidup sempurna dalam hadirat Tuhan. Bayangan ini menunjuk kepada Yesus Kristus, Firman (yang adalah Allah) dalam tubuh daging (Yohanes 1:14). Tabernakel itu juga adalah pribadi orang-orang percaya Karena tubuh orang percaya dalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku” (2 Korintus 6:6). Demikian saling bersinergy (bekerja sama) yakni menjadi kawan kerja Allah.






Tidak ada komentar: